Perempuan dengan penyakit jantung yang menjalani proses kehamilan perlu diawasi secara ketat. Pasalnya, perubahan fisiologi kehamilan akan memperparah kondisi ibu. Ibu hamil dengan kelainan jantung perlu memahami segala perubahan yang menjadi ancaman bagi kehamilan dan kandungannya.
Pada saat kehamilan berlangsung, jantung bekerja lebih berat dengan memompa darah untuk keperluan ibu dan janin. Oleh karena itu, denyut nadi meningkat yang diiringi dengan penurunan tekanan darah. Ibu tanpa kelainan jantung dapat beradaptasi dengan mudah terhadap perubahan fisiologi kehamilan ini, namun bagi penderita kelainan jantung bawaan keadaan tersebut akan memperparah penyakit.
Akibat peningkatan metabolisme dan kebutuhan darah, maka pukulan jantung meningkat. Artinya, otot-otot jantung bekerja lebih keras. Keadaan ini akan bertambah parah apabila ibu hamil kurang istirahat atau melakukan kerja berat. Penyakit jantung yang semula hanya gejala, kini berubah menjadi penyakit jantung kelas I.
Volume darah bertambah sejak usia kehamilan 12 minggu. Keadaan ini masih termasuk fisiologis kehamilan. Penambahan plasma lebih banyak daripada sel darah merah sehingga terjadi anemia kehamilan. Sebenarnya, perubahan ini bertujuan meringankan kerja jantung. Memompa darah yang encer tentu lebih mudah daripada darah yang sangat kental. Namun, bila anemia tidak segera diobati, maka kesehatan ibu justru bertambah buruk.
Usia kehamilan 32 minggu merupakan saat-saat berbahaya bagi penderita kelainan jantung. Pasalnya, pada masa tersebut terjadi puncak pengenceran darah (hipervolemia). Apabila darah sangat encer, maka jantung harus memompa lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan sel darah merah. Hipervolemia merupakan fisiologi kehamilan yang pasti terjadi pada setiap ibu hamil. Untuk mengatasi anemia kehamilan tersebut, ibu diberi penambah darah yang dikonsumsi hingga persalinan tiba.
Masa berbahaya selanjutnya adalah ketika persalinan. Saat itu ibu harus mengeluarkan darah dalam jumlah banyak sehingga jantung memompa lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu, ibu juga harus mengerahkan tenaga untuk mengejan sehingga jantung bekerja semakin berat. Apabila ibu tidak kuat, bisa berakibat fatal, bahkan berujung pada kematian.
Untuk menghindari kematian ibu bersalin, maka bagi ibu dengan kelainan jantung kelas III dan IV harus dioperasi dengan persiapan transfusi darah. Bagi penderita yang belum terlalu parah boleh melahirkan normal dengan catatan pengawasan ketat dan penilaian tanda vital yang lebih akurat.
Bahaya penyakit jantung masih terus mengintai hingga saat nifas berlangsung. Pada masa ini, ibu hamil mengeluarkan darah nifas yang menyebabkan anemia. Pengeluaran darah ini yang membuat jantung kembali bekerja keras. Untuk mengurangi resiko tersebut, anjurkan ibu untuk istirahat cukup dan mengonsumsi tambah darah.
Tips yang dapat diterapkan ibu dengan kelainan jantung untuk menghadapi perubahan fisiologis kehamilan antara lain membatasi kegiatan fisik, istirahat cukup, menghindari anemia kehamilan, mengurangi beban psikologis, cek keadaan jantung secara teratur, hindari merokok, dan mengonsumsi obat secara teratur. Semoga tips tersebut dapat bermanfaat.
Tags: #Bayi Kembar Siam #Hamil Kelainan Jantung #Kehamilan #Kehamilan Kelainan Jantung #Page #Persalinan Bayi